-->
Ini adalah sebuah kisah penuh makna yang saya kutip dari Novel ketika cinta bertasbih 2.
Alkisah,
di sebuah hutan belantara ada seekor induk singa yang mati setelah
melahirkan anaknya. Bayi singa yang lemah itu hidup tanpa
perlindungan induknya. Beberapa waktu kemudian serombongan kambing
datang melintasi tempat itu. Bayi singa itu menggerak-gerakkan
tubuhnya yang lemah. Seekor induk kambing tergerak hatinya. Ia merasa
iba melihat anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara. Dan
terbitlah nalurinya untuk merawat dan melindungi bayi singa itu.
Sang
induk kambing lalu menghampiri bayi singa itu dan membelai dengan
penuh kehangatan dan kasih sayang. Merasakan hangatnya kasih-sayang
seperti itu, si bayi singa tidak mau berpisah dengan sang induk
kambing. Ia terus mengikuti ke mana saja induk kambing pergi. Jadilah
ia bagian dari keluarga besar rombongan kambing itu.
Hari
berganti hari, dan anak singa tumbuh dan besar dalam asuhan induk
kambing dan hidup dalam komunitas kambing. Ia menyusu, makan, minum,
bermain bersama anak-anak kambing lainnya. Tingkah lakunya juga
layaknya kambing. Bahkan anak singa yang mulai berani dan besar itu
pun mengeluarkan suara layaknya kambing yaitu mengembik bukan
mengaum!
Ia
merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambing-kambing
lainnya. Ia sama sekali tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah
seekor singa.
Suatu
hari, terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor serigala buas masuk
memburu kambing untuk dimangsa. Kambing-kambing berlarian panik.
Semua ketakutan. Induk kambing yang juga ketakutan meminta anak singa
itu untuk menghadapi serigala.
“Kamu
singa, cepat hadapi serigala itu! Cukup keluarkan aumanmu yang keras
dan serigala itu pasti lari ketakutan!” kata induk kambing pada
anak singa yang sudah tampak besar dan kekar.
Tapi
anak singa yang sejak kecil hidup di tengah-tengah komunitas kambing
itu justru ikut ketakutan dan malah berlindung di balik tubuh induk
kambing. Ia berteriak sekeras-kerasnya dan yang keluar dari mulutnya
adalah suara embikkan. Sama seperti kambing yang lain bukan auman.
Anak singa itu tidak bisa berbuat apa-apa ketika salah satu anak
kambing yang tak lain adalah saudara sesusuannya diterkam dan dibawa
lari serigala.
Induk
kambing sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan serigala. Ia
menatap anak singa dengan perasaan nanar dan marah,
“Seharusnya
kamu bisa membela kami! Seharusnya kamu bisa menyelamatkan saudaramu!
Seharusnya bisa mengusir serigala yang jahat itu!”
Anak
singa itu hanya bisa menunduk. Ia tidak paham dengan maksud perkataan
induk kambing. Ia sendiri merasa takut pada serigala sebagaimana
kambing-kambing lain. Anak singa itu merasa sedih karena ia tak bisa
berbuat apa-apa.
Hari
berikutnya serigala ganas itu datang lagi. Kembali memburu
kambing-kambing untuk disantap. Kali ini induk kambing tertangkap dan
telah dicengkeram oleh serigala. Semua kambing tidak ada yang berani
menolong. Anak singa itu tidak kuasa melihat induk kambing yang telah
ia anggap sebagai ibunya dicengkeram serigala. Dengan nekat dan lari
ia menyeruduk serigala itu. Serigala kaget bukan kepalang melihat ada
seekor singa di hadapannya. Ia melepaskan cengkeramannya.
Serigala
itu gemetar ketakutan! Nyalinya habis! Ia pasrah, ia merasa hari itu
adalah akhir hidupnya!
Dengan
kemarahan yang luar biasa anak singa itu berteriak keras,
“embikkk!”
Lalu
ia mundur lagi ke belakang. mengambil ancang-ancang untuk menyeruduk
lagi.
Melihat
tingkah anak singa itu, serigala yang ganas dan licik itu langsung
tahu bahwa singa yang ada di hadapannya adalah singa yang bermental
kambing. Tak ada bedanya dengan kambing.
Seketika
itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram marah dan siap memangsa
kambing bertubuh singa itu! Atau singa bermental kambing itu!
Saat
anak singa itu menerjang dengan menyerudukan kepalanya layaknya
kambing, sang serigala sudah siap dengan kuda-kudanya yang kuat.
Dengan sedikit berkelit, serigala itu merobek wajah anak singa itu
dengan cakarnya. Anak singa itu terjerembab dan mengaduh, seperti
kambing mengaduh. Sementara induk kambing menyaksikan peristiwa itu
dengan rasa cemas yang luar biasa. Induk kambing itu heran, kenapa
singa yang kekar itu kalah dengan serigala. Bukankah singa adalah
raja huta?
Tanpa
memberi ampun sedikitpun serigala itu menyerang anak singa yang masih
mengaduh itu. Serigala itu siap menghabisi nyawa anak singa itu. Di
saat yang kritis itu itu, induk kambing yang tidak tega, dengan
sekuat tenaga menerjang sang serigala. Sang serigala terpelanting.
Anak singa bangun.
Dan
pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan auman yang dahsyat!
Semua
kambing ketakutan dan merapat! Anak singa itu juga ikut takut dan
ikut merapat. Sementara sang serigala langsung lari terbirit-birit.
Saat singa dewasa hendak menerkam kawanan kambing itu, ia terkejut di
tengah-tengah kawanan kambing itu ada seekor anak singa.
Beberapa
ekor kambing lari, yang lain langsung lari. Anak singa itu ikut lari.
Singa itu langsung ikut lari. Singa itu masih tertegun. Ia heran
heran kenapa anak singa itu ikut lari mengikuti kambing? Ia mengejar
anak singa itu dan berkata,
“Hai
kamu jangan lari! Kamu anak singa, bukan kambing! Aku tak memangsa
anak singa!”
Namun
anak singa itu terus lari dan lari. Singa dewasa itu terus mengejar.
Ia tidak mengejar kawanan kambing, tapi malah mengejar anak singa.
Akhirnya anak singa itu tertangkap. Anak singa itu ketakutan,
“Jangan
bunuh aku, ampuuunnn!”
“Kau
anak singa, bukan anak kambing. Aku tidak membunuh anak singa!”
Dengan
meronta-ronta anak singa itu berkata,
“Tidak!
Aku anak kambing! Tolong lepaskan aku!”
Anak
singa itu meronta dan berteriak keras. Suaranya bukan auman tapi
suara embikan, persis seperti suara kambing.
Sang
singa dewasa heran bukan main. Bagaimana mungkin ada anak singa
bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan geram ia menyeret anak
singa itu ke danau. Ia harus menunjukkan siapa sebenarnya anak singa
itu. Begitu sampai di danau yang jernih airnya, ia meminta anak singa
itu melihat bayangan dirinya sendiri. Lalu membandingkan dengan singa
dewasa.
Begitu
melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut,
“Oh,
rupa dan bentukku sama dengan kamu. Sama dengan singa si raja hutan!”
“Ya!
Karena kamu sebenarnya anak singa. Bukan anak kambing!” tegas singa
dewasa.
“Jadi
aku bukan kambing? Aku adalah seekor singa!”
“Ya!
Kamu adalah seekor singa, raja hutan yang berwibawa dan ditakuti oleh
seluruh isi hutan! Ayo aku ajari bagaimana menjadi seekor raja
hutan!” kata sang singa dewasa.
Singa
dewasa lalu mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan mengam
dengan keras. Anak singa itu lalu menirukan, dan mengaum dengan
keras. Ya mengaum, menggetarkan seantero hutan. Tak jauh dari situ
serigala ganas itu lari semakin kencang, ia ketakutan mendengan auman
anak singa itu. Anak singa itu kembali berterian penuh kemenangan,
“Aku
adalah seekor anak singa! Raja hutan yang gagah perkasa!”
Singa
dewasa tersenyum bahagia mendengarnya.
*****
Saudaraku kaum muslimin. Sadarkah kita? seekor anak singa yang bermental kambing itu sesungguhnya adalah gambaran tentang umat Islam di zaman sekarang ini. Di zaman Rosululloh semuanya gentar oleh umat Islam. Persatuan
umat Islam begitu kuat. Tidak ada yang berani mengganggu umat Islam di manapun. Sesungguhnya umat Islam - yang mengikuti ajaran Islam - tidak pernah mengganggu siapa pun, tapi jika umat Islam dizholimi maka seluruh dunia akan bergerak membelanya dan membalasnya. Sebagai contoh yang terjadinya ketika perang mu'tah di zaman Rosululloh, perang itu terjadi karena utusan Rosululloh ke Romawi dibunuh. Maka Rosul menyatakan perang terhadap Romawi. Namun setelah semuanya reda, di manapun umat Islam kembali menyebarkan rahmat.
Tapi apa yang terjadi dengan umat Islam di zaman sekarang? Banyak dari saudara-saudara kita yang malu dengan ajaran Islam dan lebih bangga dengan kemodernan, lebih bangga dengan bermegah-megahan, lebih bangga dengan memiliki banyak kertas (uang). Banyak umat Islam saat ini yang takut miskin, takut fakir, takut tidak punya uang, takut tidak punya kerjaan, takut tidak punya jodoh, takut tidak dapat gelar, takut dihina karena tidak memiliki dunia dan rela melanggar larangan ALLOH hanya untuk mendapatkan yang tidak seberapa itu. Padahal umat Islam memiliki ALLOH dan memiliki Surga, yang jauh lebih baik dari semuanya itu. Persis seperti seekor anak singa yang
bermental kambing tersebut.
Kita - umat Islam - sesungguhnya adalah singa yang bila mengaum sekali saja maka akan bergetarlah seluruh isi dunia ini. Maka mengapa mesti takut untuk menegakkan ajaran Islam dalam kehidupan kita? Mengapa mesti malu? Marilah kita sama-sama bangkit! Mari kita bangkit untuk menegakkan ajaran Islam dalam kehidupan kita. Mengamalkan Al-Qur'an dan Sunnah Rosululloh saw dalam kehidupan. Seperti yang telah dilakukan oleh Rosululloh saw dalam kehidupannya yang menggentarkan seluruh isi dunia.